Mahabbah ALLAH

Apabila suatu benih terpendam dalam tanah, kemudian hujan mengguyur, mentari menebar energi dan angina menerpa. Maka benih tumbuh merekah, berbunga dan berbuah.

Demikian pula dengan cinta sejati cinta karma Allah SWT tidak lengkang dan takkan lapuk di hujan. Bila cinta merupakan luapan hati yang merindukan penyatuan dengan sang kekasih maka mahabbah tertupu kepada Ilaahi Rabbi, karena cinta Ilaahi merupakan manisfestasi keimanan.

Tatkala sang pecinta berdiri di hadapan Allah SWT, ia terserap kea rah Allah SWT, sehingga tiba saat taqarrub (pendekatan), terbebaslah ia dari segala penjajahan. Mahabbah adalah cinta Allah, menyukai dan menerima apa saja yang dating dari Allah SWT, walaupun takdir yang sangat pahit sekalipun. Itulah cinta imani, bias terjadi antara manusia dengan Allah SWT, dan antara Ayah, Ibu dan anak. Sedang sesame manusia (Pasangan/Kekasih) sangat langka, hamper tidak mungkin menyenangi apa saja yang dating dari yang disenangi. Apa ada manusia yang dapat melakukannya? Di luar cinta Ilaahi, masing-masing dari pasangan sebenarnya mencintai dirinya masing-masing. Mereka menggunakan kalimat romantis sekedar basa basi, karena ia mendapat senang bila berjumpa dengan pasangannya. Bila suatu saat tidak lagi mendapat senang atau egonya tergoda ia akan melakukan protes, komplain, marah terhadap pasangannya dan akhirnya bertengkar. Nah inilah cinta diri masing-masing.

Setiap mendengar kata cinta yang diucapkan anak-anak manusia, para mahluk halus malu dan tersipu, karma ia tahu itu hanya bahasa mulut, penghias kata yang biasa digunakan manusia. Sesunggunya cinta lebih terang dan terasa tanpa kata-kata ataupun sms.

Fakta lebih bertulang dari pada lidah, bila sudah ada fakta tidak perlu lagi kata-kata. Cinta yang disertai pamrih hanya membuat rasa takut, rindu dan kesal menyatu, curiga dan was-was menggebu kemudian stress.

Cinta akan semerbak apabila diarahkan untuk mencintai Allah SWT. Lalu biarkan pantulannya menyerbak menghampiri pasangan suami istri, anak, famili dan setiap mahluknya.

Cinta sejati adalah penyatuan pikiran, perasaan dan keinginan, hingga hilang ego masing-masing. Pecinta Allah akan mencintai semua yang berasal dari Allah, maka ia mentaati kehendak yang di cintainya, yaitu Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Buanglah seluruh ke-Aku-anmu, bersihkan hatimu, karena sang kekasih hanya akan berkunjung ke hadti yang sudah hilang ke-Aku-annya, ia akan bersemayam dan membuka keindahan hati tersebut. Agar tetap tumbuh subut, berkembang dan berbuaj sebaiknya cinta itu disirami curahan ait wudhu, hembusan dzikir dan energi shalawat Nabi Muhammad SAW. Sehngga dirinya terangkat ke atas, menjadi manusia mulia di sisi Allah SWT, karena para pecinta Allah menjadi mahluk kesayangan-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites